sibuk dengan membagi-bagikan proyek dengan mendahulukan kepentingan, golongan atau kelompoknya bahkan fokus perhatiannya lebih banyak bagaimana membuat pembangunan yang menurut dirinya dan kelompoknya baik, demikian pula 1-2 tahun menjelang Pemilukada masih sibuk dan asyik dengan kegiatan yang tidak jelas dan terprogram, lebih menitik beratkan pada kegiatan dan aktifitas yang populis, kunjungan ke bawah lebih bersifat retorika dengan menebar pesona seolah-olah dirinya penguasa yang peduli pada kesulitan masyarakat, sehingga terkaget-kaget dan merasa tidak cukup ruang dan waktu ketika masa bakti segera berakhir dan akan dilangsungkan Pemilukada kembali dan Sang Incumbent secara tidak sadar melakukan kampanye dengan cara-cara instant seperti dilakukan oleh pendatang baru, dengan menebar Baliho, Pamflet, Stiker, Brosur dan alat-alat peraga lainnya.Sang Incumbent lupa bahwa dirinya sudah Populer, yang dia butuhkan adalah penjelasan dan penyampaian kepada konsituen tentang peratanggung jawaban atas apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan selama masa kepemimpinannya. Kejadian ini hampir terjadi didalam Pemilukada di seluruh daerah di Indonesia khususnya pemilukada Bupati dan Walikota Padahal apabila kita pelajari dengan cermat sebenarnya peluang dan keuntungan seorang Incumbent sangat luar biasa, untuk itu saya coba analisa beberapa keuntunganseorang Incumbent
Keuntungan.
- Memiliki Popularitas lebih baik dibandingkan kandidat lainnya.
- Memiliki jaringan struktural yang formal di Pemerintahan sampai ke tingkat RT yang sudah bukan menjadi rahasia lagi kerap di manfaatkan.
- Memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan yang populis.
- Memilki akses keseluruh lapisan masyarakat untuk merebut simpati.
- Budaya masyarakat kita, khususnya pedesaan yang masih menganggap pembangunan di lingkungannya seolah-olah jasa atau pemberian Kepala Daerah.
- Memiliki kesempatan untuk mencuti start kampanye dengan berlindung dalam program masyarakat atau pemerintahan daerah..
Kerugian :
- Isu Korupsi, karena banyaknya Pimpinan Daerah yang terlibat korupsi, sehingga ada kecenderungan masyarakat mengeneralisasi.
- Prioritas pembangunan yang lebih banyak menekankan pada pembangunan phisik dengan tujuan mengangkat citra dirinya.
- Ketidakadilan dalam melaksanakan kebijakan karena konflik kepentinganl, baik dalam bidang pembangunan infrastruktur, pendidikan, agama, budaya dsb.
- Pembangunan lebih diarahkan pada tempat yang menjadi basis pendukungnya, termasuk pelaksana pembangunan dipilih dari kelompoknya, memilih pejabat berdasarkan kedekatan bukan profesionalisme sehingga membuat management pemerintahan tidak berjalan efektif , terintegrasi & sinkron.
- Memilki track record yang menjadi kelemahannya yang dapat dijadikan sasaran tembak lawan politiknya.
Demikian catatan kecil yang coba saya ungkapkan sebagai sumbangan pemikiran yang dapat menjadi paling tidak bahan renungan ataupun kajian, baik bagi para incumbent ataupun pendatang baru yang kelak menjadi Pemimpin dan berminat terjun dalam Pemilukada Bupati/Walikota. Semoga sekelumit coretan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
( H Onnie S Sandi SE adalah pemerhati masalah politik di Purwakarta ),
( H Onnie S Sandi SE adalah pemerhati masalah politik di Purwakarta ),
Baca juga :
- Jenis dan Penyebab Korupsi. Oleh H Onnie S Sandi SE
- Sebuah Ajakan untuk Masyarakat Purwakarta Oleh H Onnie S Sandi SE
- The Leader Of Future ( Peter F Drucker ) oleh H Onnie S Sandi SE
- Pudarnya sebuah khittah Oleh Onnie S Sandi SE
- Antara Pencitraan dan Realita Ki Demang Oleh H Onnie S Sandi SE
- Penerapan strategi Marketing dalam Pemilukada Oleh H Onnie S Sandi SE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar